Melihat Penyembelihan Hewan Kurban Idul Adha di Bulu, Salatiga


Setelah sekian lama tak melihat proses penyembelihan hewan kurban, akhirnya pada hari minggu ini aku bisa melihatnya lagi. Terakhir kalau tak keliru ketika aku masih anak-anak. Masing tinggal dengan orang tua di Purwokerto. Ketika itu penyembelihannya dilakukan di lingkungan SMPN 8. Lokasinya dekat sekali dari rumah semasa kecil.

Awalnya ku tak ada niat untuk melihat. Namun ketika pulang dari gereja bersama istri. Dalam perjalanan ke rumah, di daerah Bulu sedang berlangsung proses penyembelihan hewan-hewan kurban. Di sini ada lahan kosong yang cukup luas sehingga memungkinkan sebagai tempat pelaksanaan. Di dekatnya juga ada sebuah Masjid.



Sesampainya di rumah aku pun berganti pakaian. Rumah lagi sepi karena cowok kembar kami sedang ada acara dengan kelompok pemuda gereja GKJ Salatiga Selatan di Kopeng sejak sabtu sore. Tiba-tiba timbul pikiran untuk melihat penyembelihan hewan kurban. Sehingga bisa tetap update artikel di blog kesayangan ini, pikirku.

Awalnya aku menuju ke lingkungan RT sendiri yang lebih dekat. Biasanya tiap tahun penyembelihan hewan-hewan kurban diadakan di depan masjid disamping kantor kecamatan. Aku sih tak pernah melihat secara langsung. Tetapi kali ini ternyata tak dilakukan di situ. Orang yang bertugas di Masjid saat itu sedang menunggu kiriman sapi dan kambing yang sedang disembelih di tempat lain. Mereka yang nantinya bagian memotongnya.

Akhirnya kumenuju ke daerah Bulu yang pertama kulihat. Tempatnya pun masih dekat dari rumah. Berkendara tak sampai 5 menit. Mungkin sekitar 4 menit dengan kecepatan sedang pun sudah sampai. Tempat ini dulu juga pernah sebagai tempat berlangsungnya pertunjukkan Reog. Namun bukan Reog Ponorogo ya, yang ini versi Salatiga.




Ketika sampai di Bulu, sudah terlihat semua kambing dan seekor sapi yang sudah disembelih. Dari informasi yang kudapat, total hewan kurban untuk Hari Raya Idul Adha tahun 2019 ada 4 ekor sapi dan 8 ekor kambing.

Di tanah lapang itu didirikan dua buah tratak untuk naungan menghindari sengat matahari. Para bapak terlihat sibuk menguliti kambing yang posisinya digantung, sehingga mudah pengerjaannya. Ada juga yang masih menyelesaikan pemotongan kepala sapi yang barusan disembelih. Sapi yang ini kulitnya hitam putih jadi kayak sapi perah.



Baca juga:



Tiga ekor sapi masih berada disebelah ujung lapangan, dibawah beberapa pohon yang cukup rindang. Walaupun aku terlambat tak menyaksikan penyembelihan kambing. Namun bersyukur masih bisa melihat proses penyembelihan seekor sapi.

Ternyata tak mudah ya? Kulihat sapinya sudah terikat di pohon, namun ketika mau dijatuhkan sulit, sapinya meronta-ronta. Butuh beberapa orang untuk menarik kaki belakangnya dengan tali sampai akhirnya bisa jatuh.

Setelah itu ada yang memegangi ekornya, menarik tali yang mengikat ke pinggang dan kaki sapi. Ketika si sapi sudah tak bisa bergerak, seorang yang memegang golok tajam mendekati untuk segera menyembelihnya. Eh ternyata tak mudah karena si sapi masih belum mau diam. Berusaha memberontak terus sekuat tenaga. Butuh beberapa saat agar si sapi benar-benar tak bisa bergerak. Pada akhirnya 6 orang yang terlibat bisa menyelesaikan tugas mereka dengan baik.



Begini ceritaku ketika menonton penyembelihan hewan kurban. Waktu sedang mengedit artikel ini, seorang tetangga mengantarkan daging kurban yang terbungkus plastik kepada kami walaupun kami berbeda keyakinan. Trimakasih Pakde. Dan artikel inipun saya edit lagi ketika jam 15.30 keluarga di Tegalrejo juga memberi kami daging sapi kurban. Trimakasih sekali, bisa dibuat rendang dan rawon pasti nikmat banget deh.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1440 H bagi anda yang merayakannya.

(helloiamaris.blogspot.com)