Pameran Kearsipan Kota Salatiga 2019 - Dulu Siswa Menulis di Sabak


Potret Pendidikan di Salatiga dalam Bingkai Sejarah dan Kearsipan adalah tajuk dari Pameran Kearsipan Kota Salatiga 2019.

Pameran ini dilaksanakan pada tanggal 24 - 30 Juli 2019 di halaman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga. Baralamat di Jalan Adi Sucipto no.7 Salatiga. Dimulai dari pukul 08.00 - 20.00 WIB. Menempati lokasi parkir sepeda motor. Sehingga pengunjung yang membawa kendaraan bermotor roda dua pindah parkir di halaman depan setelah gerbang masuk.

Pada hari minggu siang sepulang mengikuti ibadah dan sudah berganti kaos, saya menuju ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) untuk mengembalikan buku. Ini sudah menjadi aktifitas rutin saya karena tak mampu beli buku hehehe. Jadi meminjam merupakan solusi terbaik untuk bisa konsisten memberi nutrisi pada otak ini yang terasa mulai berkarat. Informasi maupun pengetahuan baru yang didapatkan pun bisa sebagai sarana penghibur hati.

Baca juga: Jalan Santai di Taman Kota Salatiga Bendosari - Sehat Usir Depresi

Kebetulan sekali ada pameran. Waktu kesini sebelumnya belum ada apa-apa, cuma tempat parkir sepeda motor sementara pindah dan tempatnya sedang diatur untuk sesuatu hal. Tapi saya tak begitu perhatian waktu itu. Setelah tahu itu pameran, sekalian menengok dan penasaran ingin melihat kedalam. Lumayanlah bisa untuk menambah pengetahuan dan bahan untuk mengisi blog kesayangan ini.



Ada Panggung Hiburan

Di bagian ujung paling kiri ada sebuah panggung beralaskan karpet warna merah. Cocok sekali pemilihan warnanya menurut saya, jadi terkesan meriah walaupun siang itu pengunjung kurang dari lima orang. Mungkin akan banyak di sore harinya, atau mereka sudah duluan datang sebelum saya. Bisa juga sih.

Di panggung terbentang banner bertuliskan tentang pameran dan temanya. Juga ada sebuah keyboard yang sedang dimainkan oleh seorang petugas perpustakaan. Dia dan seorang temannya bernyanyi bergantian. Kedua lelaki itu banyak menyanyikan lagu-lagu lama dari legenda musik di tanah air, Iwan Fals. Wajah keduanya sudah amat saya kenali karena sudah biasa ketemu ketika saya meminjam ataupun mengembalikan buku.

Baca juga: Kirab Riyaya Unduh-Unduh GKJ Salatiga Selatan. Ada Reog dan Barongsai Loh!

Bagus sekali punya talenta bermusik sehingga bisa turut memeriahkan suasana pameran. Bagi anda yang suka menyanyi, bisa dong menyumbangkan suara emasnya. Pastinya akan menambah suasana ceria.


Di bagian muka tempat pameran itu ada dipajang cukup banyak lukisan. Bertema pemandangan alam dan bunga. Tapi saya lupa menanyakan hasil karya siapa itu. Namun bagi yang tertarik bisa membelinya. Harganya dipatok mulai dari Rp.125 ribu sampai dengan Rp.1 juta. Harga yang terbilang murah untuk suatu karya seni yang tak semua orang bisa menciptakannya.

Setelah mengisi daftar tamu pengunjung pameran serta menuliskan pesan dan kesan. Sebenarnya ini baru dilakukan setelah mau pulang atau selesai melihat-lihat isinya. Tapi tak apalah pasti menarik dan bagus, pikirku. Jadi saya tentu tak salah menulis. Saya pun mendapatkan sebuah katalog yang didominasi oleh foto-foto tentang potret pendidikan di Salatiga tempo dulu.

Suasana pameran

Pameran Kearsipan Kota Salatiga 2019 mendisplay banyak foto yang bisa menggambarkan kondisi belajar mengajar di era kolonial Belanda. Kampus awal Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan gedung-gedung sekolah di masa lalu, termasuk beberapa buku pelajaran lama, dan yang menarik ada bangku sekolah zaman dulu. Jadi teringat waktu SD dulu, tapi lupa waktu di kelas berapa.

Bangku sekolah zaman old


Daftar Nama Walikota Kota Salatiga Dari Yang Pertama Sampai Sekarang

Di bagian atas dipajang deretan foto-foto pejabat Walikota yang pernah memimpin Kota Salatiga mulai dari yang pertama sampai sekarang.

1. R Patah - tahun menjabat tidak diketahui
2. MS Handjojo - tahun menjabat tidak diketahui
3. M Soedijono (1950-1957)
4. Letkol TNI S Soegiman (1966-1976)
5. Kol. Pol. S Ragil Pudjono (1976-1981)
6. Djoko Santoso, BA (1981-1986)
7. Doelrachman Prawiro S (1986-1991)
8. Drs Indro Suparno (1991-1996)
9. Drs Suwarso (1996-2001)
10. H Totok Mintarto (2001-2007)
11. John M Manoppo, SH (2007-2011)
12. Yuliato, SE., MM (2011-Sekarang)



Sejarah Singkat Sekolah Rakyat di Salatiga

Awalnya pemerintah kolonial Belanda hanya mendirikan sekolah untuk golongan keturunan tertentu. Sejak diberlakukannya politik etis pada tahun 1914, seluruh lapisan masyarakat berhak mendapatkan pendidikan. Maka dibangunlah sekolah khusus pribumi yang bernama Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Salatiga dan sekitarnya.

Baca juga: Suguhan Kesenian Tradisional Reog Salatiga di Taman Tingkir

Seiring bergulirnya waktu, sekolah khusus pribumi atau biasa disebut dengan Sekolah Rakyat mulai merambah ke daerah pedesaan. Dan untuk mengatasi kekurangan tenaga pengajar, pemerintah kolonial Belanda membangun fasilitas Government Meisijs Kweekschool (Sekolah Guru Putri).

Dengan berjalannya waktu dan bergantinya zaman, sekolah itu berubah nama menjadi Kweekschool voor Inlander Onderijzeressen atau sekolah Pendidikan Guru untuk Kaum Pribumi.

Sekolah Pribumi

Stella 1930

Cikal Bakal UKSW

Para anak sekolah sedang membawa alat tulis yang terbuat dari batu granit berwarna hitam dan berbentuk papan tipis yang dinamakan Sabak. Ketika ulangan, siswa menulis di Sabak, setelah diperiksa oleh gurunya dan dinilai, siswa menempelkannya ke pipi mereka sebelum dihapus. Sehingga di rumah siswa bisa menunjukkan nilai yang dia dapat di sekolah - Era tahun 1950an. 

Selain pendidikan, kesehatan siswa juga diperhatikan - PMI Belanda sedang menimbang berat badan siswa - Tahun 1947

Potret belajar mengajar siswa di Sekolah Rakyat - Tahun 1948

Belajar sejarah masa lalu sangatlah mengasyikkan. Apalagi tentang sejarah pendidikan di kota mungilku. Hari ini ada seperti sekarang karena ada peristiwa di masa lalu yang mendahuluinya. Jadi belajarlah dari sejarah untuk bisa menggapai kesuksesan di masa mendatang (helloiamaris.blogspot.com).