Sepenggal Kisah Tentang Pohon Sukun di Depan Rumah

Image via Pixabay.com

Salah satu buah sumber karbohidrat tinggi adalah sukun. Orang Eropa menyebutnya breadfruit atau buah roti. Siapa yang mengkonsumsinya akan cepat merasa kenyang.

Secara ilmiah sukun dikenal dengan sebutan Artocarpus altilis. Pohon ini bisa tumbuh sampai 30 m dan banyak ditemukan di negara-negara beriklim tropis. Daging buahnya tidak berbiji dan jika digoreng atau dikukus terasa empuk. Selain itu bisa dijadikan ceriping jika dipotong-potong tipis lalu digoreng.


Menurut The United States Department of Agriculture (USDA) National Nutrient Database, satu cangkir sukun mentah mengandung beragam vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Yaitu kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, natrium, seng, vitamin C dan vitamin B kompleks.

Sehingga bisa mengurangi efek negative dari radikal bebas, membantu meningkatkan kesehatan jantung serta mengurangi resiko terkena beberapa jenis kanker.

Baca juga: Selamat Datang Musim Hujan

Dalam artikel kali ini saya hanya ingin sekedar berbagi pengalaman tentang suka dukanya menanam pohon sukun didepan rumah. Menananya dari bibit pohon masih kecil dan sekarang sudah besar. Sudah tak terhitung berapa kali berbuah.

Namun bukan buah itu yang kami harapkan saat ini. Mengolahnya cukup ribet, terlebih maktu mengiris buahnya, keras sehingga butuh tenaga ektra. Walaupun sebenarnya sukun yang saya tanam jenisnya enak gurih. Namun perlu banyak minyak untuk menggorengnya. Pohon itu sekedar sebagai penyejuk didepan rumah. Itulah yang lebih penting. Lihat foto-foto dibawah ini.






Sudah lama sekali kami tidak  makan buah sukun itu. Biasanya kalau ada orang yang mau bisa memetik sendiri. Atau ketika secara rutin saya mengurangi dengan memotong cabang dan rantingnya biar tak mengganggu kabel listrik. Ada buah sukun yang ikut keambil. 

Selain itu jika terlalu tinggi juga bisa membahayakan orang lain. Bagaimana kalau seandainya buah sukun itu jatuh dan mengenai orang yang kebetulan melintas. Namun untunglah tak pernah ada yang kejatuhan. Tangkai buah sukun sangat kuat. Kalau jatuh biasanya ketika buahnya sudah sangat masak dan daging buahnya menjadi lembek.

Ada juga sebagian orang yang suka makan sukun masak yang digoreng. Namun saya tak suka karena baunya wangi dan lembek. Baunya menyengat jadi aneh deh rasanya.


Kesimpulannya, pohon sukun merupakan jenis pohon yang cepat tinggi dengan buahnya yang banyak dan besar. Sehingga menurut pengalaman saya, tidak cocok ditanam di depan rumah di pinggir jalan karena jika tidak rutin memangkasnya akan bisa membahayakan orang lain. Sedangkan kalau rutin dipangkas dahannya, buahnya pun akan berkurang. 

Dulu waktu menanam tak pernah berpikir sejauh itu, sebab jalanan waktu itu masih sepi. Banyak lahan yang masih kosong. Namun sekarang telah beralih fungsi menjadi beberapa perumahan, termasuk didepan rumah kami. Suasananya sudah berbalik seratus delapan puluh derajat. (helloiamaris.blogspot.com)