Sekilas Tentang Pohon Sengon dan Kamar Belakang



Sebagai pohon penghasil kayu, sengon masih banyak dijumpai dikota mungilku, Salatiga. Termasuk dibelakang rumah tinggal kami.

Artikel kali ini masih menyambung artikel sebelumnya mengenai dua kali hujan di awal bulan November. Dan setelah hujan turun di hari jumat, hari sabtu terang sedangkan hari minggu sore turun hujan lagi.

Baca juga: Selamat Datang Musim Hujan

Ada satu hal yang cukup menggembirakan, talang di atap teras belakang tak banjir akibat bocor, walaupun masih merembes sedikit. Berarti masih ada sedikit daun-daun membusuk yang perlu dibersihkan.

Ternyata penyebab utama bocor besar yang sebelumnya adalah daun-daun dari pohon sengon yang banyak tumbuh dibelakang rumah karena daun-daun mangga yang jatuh sudah dibersihkan sebelumnya.

Dibelakang rumah kami tinggal, masih ada hamparan tanah luas yang konon milik TNI AD. Namun entah siapa yang menanam, tumbuh banyak pohon sengon. Sebenarnya ada banyak sih segi positifnya. Sebagai penyejuk dikala cuaca sedang panas sekali dan juga sebagai produsen oksigen.

Di pagi dan siang hari, jalan didepan rumah ramai sekali dengan kendaraan bermotor. Kondisi yang sangat kontras sekali dengan dibelakang rumah.

Tanah luas di belakang rumah, entah berapa hektar saya tak tahu persis. Sudah dari dulu sejak kami mulai membangun rumah dan ditempati sampai sekarang, banyak ditanam pohon sengon. Juga disela-selanya ditanami pohon-pohon pisang.

Naik tangga dulu

Begini suasana belakang rumah

Awal kami menetap masih sepi. Hanya ada beberapa rumah didekat kami tinggal. Dulu sebelah kiri kami masih tanah kosong. Depan rumah dulu ada tanah milik pemerintah daerah seluas 5 hektar. Ditanami dengan pohon rambutan dan kapas di pinggiran jalan. Namun tanah seluas itu sekarang telah beralih fungsi menjadi perumahan. Sehinggga banyaklah orang-orang membuka warung makan.

Bertambah jumlah penduduk tentunya udara berubah menjadi panas karena lahan luas hijau telah berubah fungsi menjadi tempat pemukiman. Dahulu kota mungil kami dikenal dengan daerah yang dingin, terutama jika musim bunga kopi. Di pagi hari dinginya sampai menusuk ke tulang. Bisa kebayang kan betapa dinginnya waktu itu.

Baca juga: Sepenggal Kisah Tentang Kopi. Benarkah Pahit Lebih Nikmat?

Trimakasih Tuhan, untung saya masih bisa menemukan sisa ketenangan kota ini. Jauh dari bisingnya keramaian didepan jalan, dengan menenangkan diri di kamar belakang. Kamar seluas 3x5 m yang sempat terabaikan sekian lama. Sekarang menjadi tempat yang nyaman tak menakutkan lagi.

Dari teras belakang bisa terlihat hijaunya pucuk pohon sengon. Sedangkan nyanyian burung berkicau milik tetangga sebelah, semakin menyejukkan suasana. Tak perlu pelihara sendiri, namun bisa turut menikmatinya kan? Terkadang berung-burung liar hinggap di ranting pohon rambutan. Senangnya bisa melihat mereka bebas tanpa rasa takut.


view samping kiri kamar

Saya pun tak perlu risau jika musin hujan tiba. Asalkan tak malas membersihkan atap teras di depan kamar belakang, tak mungkin dedaunan sengon maupun mangga menggangu kenyamanan dikala hujan turun. (helloiamaris.blogspot.com)