Susahnya Mendapat Pekerjaan Di Negeri Orang



Photograph: Pixabay.com


Arisarmu's Stories - Mungkin banyak diantara kalian sebagai pelajar atau mahasiswa yang sedang belajar di negeri orang mengharapkan bisa mendapatkan pekerjaan sampingan, entah untuk sekedar mendapatkan pengalaman maupun  untuk tambahan biaya hidup.

Postingan yang saya kasih label Tasmania seperti artikel sebelumnya merupakan kisah masa laluku semasa kuliah dua tahun di Hobart, Tasmania.

Kurasakan jalan hidupku yang sampai sekarang masih penuh lika-liku dan kerikil tajam, terkadang senang namun masih banyak susahnya hehehe....kucoba menuangkannya di blog ini : Arisarmu's Stories - sebagai sarana pelepas beban di hati. 

Sebagai seorang mahasiswa asing di negeri kangaroo tentunya saya ingin mendapatkan part time job istilah mereka untuk kerja paruh waktu. Dengan harapan bisa untuk menambah kebutuhan hidup. Bagi seorang pelajar atau mahasiswa masih diperbolehkan bekerja asal tidak melebihi 20 jam/minggu.


Beberapa saran dari teman kuikuti. Kusiapkan potongan-potongan kertas kecil yang tertulis nama dan nomor teleponku lalu kuberjalan menyusuri trotoar kota dan berhenti ketika kudapati sebuah restoran dengan mengutarakan maksud kedatanganku. Siapa tau mereka membutuhkan seorang waiter yang melayani pesanan tamu atau sebagai seorang cook helper yang bertugas memotong sayur-sayuran termasuk mencuci piring kotor dan peralatan dapur lainnya. Jawaban yang sama selalu kudapatkan yaitu tidak tersedia lowongan pekerjaan. Entah sudah berapa restoran yang sudah saya datangi dalam satu hari. Sebelum melangkah mencari restoran lain selalu kutinggalkan potongan kertas tadi mungkin mereka suatu saat membutuhkan seorang karyawan dan bisa menghubungiku.

Tak sampai disitu usahaku dalam memperoleh pekerjaan termasuk menelepon pekerjaan yang diiklankan di koran lokal. Semuanya masih tanpa hasil yang positif. Sampai akhirnya aku mendatangi sebuah Job Center berbasis internet dimana informasi tentang semua jenis pekerjaan yang tersedia diseluruh area di Hobart dapat diakses. Lalu kupilih salah satu pekerjaan yaitu sebagai pencuci mobil karena kupikir gampang walaupun bayarannya sedikit tapi daripada nggak dapat sama sekali. Segera ku pilih lalu ku print yang tertulis namaku, jenis pekerjaan dan lokasinya, kemudian aku menuju kemeja seorang petugas yang melayani. Namun aku sungguh kecewa mendengar jawabannya yang sangat tak masuk akal yang katanya kurang pas bagiku atau apalah nggak jelas alasannya. Akhirnya dengan muka kecewa aku meninggalkan tempat itu.

Setelah melalui serangkaian kegagalan, suatu hari ada panggilan telepon untuk menjalani interview di sebuah hotel berbintang, walaupun tidak besar, di pusat kota Hobart dengan interviewer nya seorang asistant manager perempuan bernama Terry. Untuk ukuran orang Australia dia tergolong pendek dengan potongan rambut tak sampai sebahu. Namun orangnya sangat ramah, menyenangakan dan terlihat cekatan. Dia ternyata juga alumnus sekolah perhotelan, institusi dimana aku sedang menimba ilmu saat itu.

Terry menawarkan tiga lowongan pekerjaan padaku. Pertama sebagai cook di kitchen, tugasnya hanya menyiapkan menu untuk breakfast. Sebenarnya simpel sih masak untuk sarapan. Tapi kok waktu itu aku kurang tertarik karena semasa kuliah perhotelan di Semarang, semua Job Training aku ngambil di kitchen. Jadi pengin sesuatu yang baru yang belum pernah kulakukan sebelumnya.
Yang kedua sebagai bell boy, yaitu tugasnya hanya membawa barang-barang bawaan tamu yang habis check in di hotel ke kamar mereka. Itupun tak membuatku tertarik. Sampai akhirnya aku memilih yang ketiga yaitu sebagai Food And Beverage Attendant  yang disebut juga sebagai pramusaji tapi dibagian Room Service (pelayanan kamar), tugasnya hanya menyiapkan dan membawakan pesanan sarapan ke kamar-kamar tamu hotel. Wah kalo yang ini aku tertarik, "Pikirku". Aku kan belum pernah mengalami bekerja di sektor ini, pernah liat hanya melalui layar kaca televisi saja. 
Setelah proses interview selesai, Terry bilang akan memberitahu hasil interview dalam waktu tiga hari. Dan pada hari sabtu aku mendapat kabar yang membahagiakan hati yaitu pangilan telepon dari seorang receptionist hotel tersebut yang menginformasikan bahwa aku bisa mulai berkerja hari senin depan mulai pukul 06.15 sampai pukul 08.15 sehingga aku masih punya cukup waktu untuk ke kampus yang berjarak hanya 10 menit berjalan kaki dan bisa mengikuti kuliah pukul 08.30. Pekerjaan tersebut tergolong sangat pagi bagi orang Australia karena aktifitas mereka, baik sekolah maupun pekerjaan kantor dimulai pukul 08.30! Namun itu yang kusuka karena tak akan mendapat banyak pesaing.