Urusan rasa tempe goreng tepung terenak, mendoan Purwokerto juaranya.
Tepat sekali Purwokerto dikenal sebagai kota mendoan. Tak ada yang meragukan kelezatan dari makanan berbahan dasar tempe ini. Bentuknya yang tipis, lebar dan kenyal ketika digigit membedakan dengan jenis tempe lainnya. Sebelum digoreng mendoan dicelupkan kedalam adonan tepung berbumbu. Setelah di goreng, tepung tebal membalutnya. Lezat sekali dimakan ketika masih hangat sambil menggigit cabai rawit atau dengan kecap manis dan irisan cabai rawit.
Artikel kali ini masih melanjutkan kisah kunjungan saya pada hari minggu yang lalu ke Soropadan Agro Expo 2019. Event ini diikuti 35 kabupaten/kota madya se-Jawa Tengah. Banyumas yang merupakan sebuah kabupaten di bagian barat daya provinsi ini tentu saja mengikutinya. Sedangkan Purwokerto merupakan ibukota dari Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Ini Manfaat dan Informasi Penting yang Didapat di Soropadan Agro Expo 2019
Stan Kabupaten Banyumas menempati posisi paling ujung di dekat gudang Bumi Sari Lestari (BSL) yang saat itu para karyawannya sedang sibuk packaging hasil pertanian yang berupa Ubi Cilembu, buncis dan kentang yang akan diekspor ke Singapore.
Saya yang lahir sampai lulus SMA di Purwokerto tentu saja senang mendatangi stan yang mendisplay produk andalan dari Kabupaten Banyumas. Hasil industri yang didisplay di stan ini tidaklah semuanya, namun cukup mewakili. Ada kain batik, rempeyek kacang, nopia, keripik dan lainnya. Sedangkan yang paling menarik pengunjung saat itu adalah mendoan.
Baca juga: Bawor Maskot Kabupaten Banyumas. Beda Loh Dengan Bagong
Ada tiga orang yang terlibat dalam aktifitas menyiapkan tempe mendoan yang siap untuk dinikmati pembeli. Seorang lelaki membuka tempe mendoan mentah yang masih terbungkus daun dan kertas.Tiap bungkusnya isinya dua. Lalu menaruhnya di meja. Sedangkan seorang perempuan berbaju merah bertugas menggoreng. Tangan kirinya sesekali membalik mendoan yang digoreng sedangkan tangan kanannya juga terlihat sibuk mencelupkan tempe mendoan terlebih dahulu kedalam adonan tepung lalu kemudian menaruh ke dalam wajan berisi minyak yang panas. Tidak butuh waktu lama sampai mendoan yang panas diangkat dari minyak dan ditiriskan.
Baca juga: Ada Pecel Kecombrang dan Mendoan di Alun-alun Purwokerto
Wanita satunya yang memakai blus bermotif bunga melayani pembeli. Pesanan mendoan dia taruh di dalam kertas minyak lalu di bungkus dengan plastik transparan. Satu biji mendoan yang lezat dijual Rp.2000. Ada cabe rawit besar-besar pedas ditaruh di piring. Pembeli dipersilahkan mengambil sendiri.
Saya makan mendoan yang masih agak panas, karena tak sabaran ingin menikmati kelezatannya hehehe, cukup mengobati rinduku pada makanan khas daerah kelahiran. Dan menurut saya mendoan memang rasanya spesial. Jadi jika anda berwisata ke Purwokerto, sempatkan mencicipi gorengan khas kota ini dan rasakan sensasi nikmatnya (helloiamaris.blogspot.com).
Artikel kali ini masih melanjutkan kisah kunjungan saya pada hari minggu yang lalu ke Soropadan Agro Expo 2019. Event ini diikuti 35 kabupaten/kota madya se-Jawa Tengah. Banyumas yang merupakan sebuah kabupaten di bagian barat daya provinsi ini tentu saja mengikutinya. Sedangkan Purwokerto merupakan ibukota dari Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Ini Manfaat dan Informasi Penting yang Didapat di Soropadan Agro Expo 2019
Stan Kabupaten Banyumas menempati posisi paling ujung di dekat gudang Bumi Sari Lestari (BSL) yang saat itu para karyawannya sedang sibuk packaging hasil pertanian yang berupa Ubi Cilembu, buncis dan kentang yang akan diekspor ke Singapore.
Saya yang lahir sampai lulus SMA di Purwokerto tentu saja senang mendatangi stan yang mendisplay produk andalan dari Kabupaten Banyumas. Hasil industri yang didisplay di stan ini tidaklah semuanya, namun cukup mewakili. Ada kain batik, rempeyek kacang, nopia, keripik dan lainnya. Sedangkan yang paling menarik pengunjung saat itu adalah mendoan.
Baca juga: Bawor Maskot Kabupaten Banyumas. Beda Loh Dengan Bagong
Ada tiga orang yang terlibat dalam aktifitas menyiapkan tempe mendoan yang siap untuk dinikmati pembeli. Seorang lelaki membuka tempe mendoan mentah yang masih terbungkus daun dan kertas.Tiap bungkusnya isinya dua. Lalu menaruhnya di meja. Sedangkan seorang perempuan berbaju merah bertugas menggoreng. Tangan kirinya sesekali membalik mendoan yang digoreng sedangkan tangan kanannya juga terlihat sibuk mencelupkan tempe mendoan terlebih dahulu kedalam adonan tepung lalu kemudian menaruh ke dalam wajan berisi minyak yang panas. Tidak butuh waktu lama sampai mendoan yang panas diangkat dari minyak dan ditiriskan.
Baca juga: Ada Pecel Kecombrang dan Mendoan di Alun-alun Purwokerto
Wanita satunya yang memakai blus bermotif bunga melayani pembeli. Pesanan mendoan dia taruh di dalam kertas minyak lalu di bungkus dengan plastik transparan. Satu biji mendoan yang lezat dijual Rp.2000. Ada cabe rawit besar-besar pedas ditaruh di piring. Pembeli dipersilahkan mengambil sendiri.
Saya makan mendoan yang masih agak panas, karena tak sabaran ingin menikmati kelezatannya hehehe, cukup mengobati rinduku pada makanan khas daerah kelahiran. Dan menurut saya mendoan memang rasanya spesial. Jadi jika anda berwisata ke Purwokerto, sempatkan mencicipi gorengan khas kota ini dan rasakan sensasi nikmatnya (helloiamaris.blogspot.com).