Workshop Membatik 'Ecoprint', ide kreatif Wamuda GKJ Salatiga Selatan



Hello I am Aris  - Jika anda ingin menciptakan suatu karya seni yang murah, ramah lingkungan dan bisa untuk mengisi waktu senggang anda. Cobalah Ecoprint  cara membatik yang unik. 

Ecoprint adalah teknik dimana tanaman, daun dan bunga meninggalkan bentuk, warna dan tanda di kain. Peralatan yang dibutuhkan pun tergolong simpel yang tak memerlukan uang banyak untuk mendapatkannya, bisa menggunakan kain blacu yang murah, martil, plastik, ember dan dedaunan yang mudah didapatkan disekitar anda yang tak harus beli. Bahkan jika ini ditekuni, bisa jadi hobi ini suatu saat akan memberikan anda penghasilan tambahan. Enak khan hasil karya seni kita dihargai orang lain, bahkan dalam bentuk uang. Atau bisa juga sebagai koleksi di rumah yang membanggakan maupun sebagai cinderamata buat orang terkasih. 

Pada hari minggu tanggal 31 Maret. Persekutuan Warga Muda Dewasa (Wamuda) Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga Selatan yang dimotori oleh Pudyastuti Kartika Dewi, seorang wanita yang ramah dan jago fotografi, yang saya biasa memanggilnya 'mbak Iput', menggelar workshop membatik 'Ecoprint'  yang dimulai pada pukul 11.00  dan berakhir sampai pukul 14.00 dihalaman parkir belakang gedung GKJ Salatiga Selatan. 

Dengan biaya  Rp. 15 ribu per orang, namun hanya membatasi maksimal 25 orang. Setiap peserta mendapat fasilitas berupa Tote bag (media cetak) yaitu tas jinjing mungil terbuat dari kain blacu, pewarna dan makan siang. Peserta hanya diwajibkan membawa palu sendiri untuk proses pengerjaan dan daun-daun segar saat pelatihan. Pesertanya terbuka untuk jemaat GKJ Salatiga Selatan dengan minimal usia 8 tahun. 

Mbak Iput sedang memberikan pengarahan pada peserta workshop membatik Ecoprint.

Dengan mendatangan dua orang mentor yang ahli membatik 'Ecoprint'  yaitu mas Kikis Istianta dan istrinya mbak Endah Widiati. Darimana? Waduh saya malah lupa nanya karena terlalu bersemangat mendengar penjelasan mereka berdua tentang teknik 'Ecoprint'  dan bagaimana caranya mendapatkan hasil yang baik. Tapi mas Kikis sendiri bilang bahwa beliau mempelajari teknik membatik yang murah dan ramah lingkungan ini ketika beliau di Yogyakarta di tahun 2016.

Mas Kikis (mbak Endah di belakang) menunjukkan sebuah tas cantik setelah proses Ekoprint yang simple bisa di hargai Rp. 25 ribu.

Mengutip dari selembar brosur yang dibagikan pada setiap peserta, inilah urutan langkah proses Ekoprint: 

Langkah 1: Mordanting
* Kain direndam air + TRO (bisa diganti deterjen biasa) sekitar 30 menit.
* Bilas.
* Rebus air + tawas (14 gr/liter) dan sedikit soda abu sampai mendidih.
* Masukan kain, rebus 1 jam.
* Setelah 1 jam matikan api biarkan kain terendam selama minimal satu malam.
* Bilas kain, keringkan, siap dipakai.

Kain, martil, plastik,bahan untuk fiksasi dan daun-daunan.

Langkah 2: 

1. Untuk satu sisi: 
* Tas dibalik (luar-dalam), beri selembar plastik di dalam tas.
* Letakkan 1 helai daun di antara plastik dan kain dengan posisi tulang daun yang menempel di kain.
* Letakkan plastik di atas tas (luar), pukul-pukul daun sampai warna keluar sempurna.
* Lakukan untuk daun-daun lain yang diinginkan.
* Tunggu sampai kering.
* Fiksasi dengan cara rendam di larutan tawas selama 5 - 10 menit.
* Bilas dan keringkan.

2. Langkah mirror:
* Balik tas (luar-dalam), letakkan daun di tengah-tengah dalam tas.
* Beri plastik atas bawah tas.
* Pukul-pukul daun sampai sempurna atas bawah.
* Lakukan untuk daun-daun berikut, tunggu kering.
* Fiksasi.

Fiksasi (pilih salah satu bahan)
* Tawas 14 gr/liter.
* Tunjung 3 gr/liter.
* Kapur 14 gr/liter.
* Cuka:air, perbandingan 1:3.
Note: waktu workshop juga pakai air tunjung (air karat).

Suasana workshop membatik Ecoprint

Proses fiksasi, pembilasan dan penjemuran.

Melihat sekumpulan orang membatik Ecoprint  terasa sangat bising seperti kumpulan tukang kayu sedang memaku secara bersamaan dan terus menerus, sehingga niat saya untuk menggali banyak informasi sangat sulit karena suara kita tertelan oleh kebisingan itu. Ketika martil beradu dengan kain yang ditaruh diatas kursi maupun meja. 

Pemilihan daun juga harus yang tak terlalu berair sehingga hasilnya bagus tak keluar dari pola daun. Dengan seringnya berlatih, lama kelamaan akan mengenal jenis daun yang tepat.


Setelah proses Ecoprint selesai dan kain direndam dalam larutan air tawas dan tunjung. Menurut saya berbahaya kalau pakai larutan tunjung (air karat) jadi harus hati-hati jangan sampai tangan sedang terluka atau tangan harus dibungkus dengan plastik. Didiamkan 5 - 10 menit dan dibilas dengan air dan dijemur.

Sambil menunggu, para peserta menikmati hidangan makan siang dengan lauk ayam goreng, tempe goreng, gudangan (sayuran rebus dengan kelapa parut berbumbu) dan sup, dengan sambal yang pedas nikmat. Serta air mineral dan teh. Para peserta terlihat lahap menyantap hidangan lezat tersebut, apalagi setelah tangannya lelah memukul-mukul.

Makan siang

Inilah hasilnya, walaupun belum kering betul, bisalah dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Semoga tak sampai disini saja. Ilmu yang didapat selama mengikuti workshop membatik Ecoprint  tingkat dasar bisa bermanfaat, semoga bisa menumbuhkan semangat kewirausahaan karena bisa menjadi souvenir yang cantik dengan nilai jual yang ekonomis.

Masih setengah jadi tinggal di fiksasi, di bilas dan dijemur

Para peserta berpose bahagia setelah menyelesaikan workshop membatik Ecoprint