Tumpeng Nasi Kuning, Siapa Yang Mau Nyicip?


Sebagai orang Jawa, saya masih menjumpai banyak tradisi warisan nenek moyang yang masih dipertahankan sampai sekarang, walaupun maknanya mungkin sudah terdegradasi dan sekedar simbol semata, seperti Tumpeng Nasi Kuning yang sering dihadirkan dalam sebuah acara spesial keluarga seperti pernikahan, pertunangan maupun ulang tahun.


Walaupun saya orang Jawa tulen dilihat dari silsilah keluarga, namun saya sendiri kurang begitu paham dengan budaya tradisional Jawa. Dari segi bahasapun saya hanya bisa bahasa ngoko  alias bahasa 'kasar' dalam istilah orang Jawa dan kalau disuruh ngomong dengan bahasa yang halus atau yang biasa disebut dengan kromo inggil  saya ibarat bayi yang baru belajar melafal kata.

Dalam menjabarkan tentang makna Nasi Tumpeng  yang saya angkat dalam tema blog kali inipun hanya sebatas pengetahuan saya yang masih sempit.
Nasi Tumpeng  yang dibentuk kerucut menyerupai sebuah gunung melambangkan suatu tempat yang tinggi dimana eksistensi Tuhan maupun dewa berada. Sedangkan warna kuning sering dikatakan warna kemakmuran. Dan sebagai pelengkap di bawah tumpeng turut serta disajikan beraneka macam lauk pauk seperti ayam ingkung, telur rebus, ikan asin, perkedel dan sayuran seperti ketimun, kacang panjang dan sebagainya. Semua itu mempunyai makna  filosofi masing-masing, walaupun sekarang pakem itu tidak selalu diikuti, jadi jenis lauknyapun bisa disesuaikan dengan selera siempunya hajatan. Namun seperti yang sudah saya ungkapkan bahwa saya hanya sekedar menulis, mencatat sesuatu yang terlintas dalam kehidupan saya ini.

Hari sabtu petang minggu kemarin, saya diminta oleh satu keluarga untuk mengiringi bidston pertunangan, meminta berkat kepada Tuhan agar segala proses sampai ke acara pernikahan bisa berjalan dengan baik. Tentunya sebagai bagian tugas pelayanan dari seorang organis gereja jika ada keluarga di satu wilayah membutuhkan, saya dengan sukacita akan menyanggupinya. Tidak sampai satu setengah jam acara selesai dan dilanjutkan dengan acara makan malam.

Ketika saya berada di ruang jamuan makan, saya melihat tatanan yang cantik dari Tumpeng Nasi Kuning beserta aneka lauk pauk, dan bagi tamu undangan sudah disediakan Mie Ayam  dan Nasi Kuning beserta lauk pauknya di tempat tersendiri, sehingga saya tetap bisa memotret tumpeng cantik itu. Walaupun hanya berupa simbol ataupun pajangan sementara yang nantinya akan dimakan bersama antar anggota keluarga si empunya hajatan, kehadiran Nasi Tumpeng  dalam tradisi Jawa dalam sebuah acara spesial keluarga akan semakin memperkuat ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta dan juga menyempurnakan acara tersebut.