Nasi Goreng, "Indonesian Breakfast" Yang Lebih Populer Untuk Makan Malam


Ide menulis artikel ini diawali ketika pada hari jumat malam sehabis pulang kerja, didapur masih disisakan satu bungkus Nasi Goreng Babat Iso, makanan favorit saya. Lalu saya pindahkan ke piring dan saya foto. Jepret.

Nasi goreng yang saya makan pada malam itu merupakan salah satu yang terenak yang pernah kami beli dari warung langganan kami. Karena rasanya tidak selalu sama tergantung dari siapa yang masak dan juga mungkin tergantung dari suasana hati yang masak ya hehehe... Dan nasi goreng babat iso selalu jadi pilihan saya, walaupun kadangkala agak kecewa kalau isonya ternyata habis. Kalau bagi kesehatan jeroan dibilang kurang baik, tapi tak apalah toh makannya ga sering, kecuali ada yang ntraktir setiap hari tak kesampingkan deh unsur kesehatannya hehehe...

Sambil menyantap nasi goreng yang enak itu, saya jadi tergelitik untuk sekedar mengulas sejauh apa yang saya ketahui dengan makanan favorit ini dari segi waktu penyajiannya. 

Seperti bermain dengan mesin waktu, ini mengingatkan saya kemasa lalu ketika masa kuliah di sebuah Akademi Pariwisata di Jawa Tengah yang sekarang telah menaikkan statusnya menjadi strata satu. Saya ambil jurusan Perhotelan dan diwajibkan menjalani serangkaian Job Training atau praktek kerja lapangan disejumlah hotel, yang waktu itu saya dapat di Bandung, Jakarta dan Bandar Lampung.

Saya memilih praktek semuanya di Kitchen, berharap saya bisa belajar banyak tentang dunia masak-memasak. Sayapun tentunya bisa melihat kepiawaian para chef di hotel-hotel tersebut dalam mengolah beragam bahan mentah menjadi masakan yang super lezat termasuk nasi goreng.

Sebatas yang saya ketahui, hotel-hotel di Indonesia masih menyajikan nasi goreng dan bubur ayam sebagai opsi menu sarapan ala Indonesia (Indonesian Breakfast). Dengan beragam bahan dasar maupun cara penyajiannya. Bisa dikatakan, Indonesian Breakfast sangat jauh berbeda, misalkan dengan Australia, negara yang menganut budaya Eropa. Teringat waktu dulu saya belajar di negara kangaroo tersebut selama dua tahun, saya sempat bekerja part time atau paruh waktu di sebuah hotel sebagai Room Service Attendant, yaitu bertugas menyiapkan dan mengantar pesanan sarapan yang berupa toast, cereals, milk dsb ke kamar-kamar tamu, yang tentunya komposisinya sangat jauh beda dengan Indonesian Breakfast.

Sedangkan diluar hotel, sebagian besar orang Indonesia termasuk saya lebih menyukai nasi goreng sebagai hidangan makan malam. Walaupun sebenarnya tidak ada yang keliru, kita boleh kok makan nasi goreng kapan saja, bisa untuk breakfast, lunch maupun dinner. Gak ada yang melarang hanya kenyataannya, nasi goreng adalah Indonesian breakfast yang menurut saya lebih populer untuk santap malam. Apakah anda para pembaca menyukai nasi goreng? Silahkan tinggalkan komentar di bawah ini. Trimakasih.