Pengalaman Mengobrol Dengan Orang Yang Mengaku Indigo

Image via Pixabay.com

Beragam cerita tentang orang indigo yang dipercaya memiliki indra keenam bukan hal yang baru. Di era digital ini, segala informasi bisa diperoleh dengan cepat dan mudah. Namun kebenaran dari cerita tersebut juga tergantung dari penafsiran setiap individu.

Tema artikel kali ini yang berbau dengan sesuatu yang supranatural pun tak perlu anda tanggapi dengan terlalu serius. Aku hanya sekedar merangkai kata-kata untuk mengisi postingan di blog ini. 

Karena ada suatu keinginan lain yang juga menyita waktu dan pikiran untuk mewujudkannya. Sebagai imbasnya, update artikel di blog inipun tak bisa sesering biasanya. Namun aku pun tetap berusaha tuk merawat blog ini. Tak akan kuabaikan begitu saja. Sehingga jika ada ide segar muncul, secepatnya muwujudkannya dalam bentuk artikel sebagai solusi terbaik.



Pada hari jumat malam dipenghujung bulan Agustus. Aku mengunjungi sebuah perkemahan anak-anak SMA di sebuah bumi perkemaan dipingkiran kota. Atau tepatnya sudah masuk wilayah kabupaten tetangga. Tempat yang terkenal dengan sumber airnya yang berlimpah.

Di malam hari jika tak ada ada aktifitas anak-anak sekolah. Daerah ini sepi sekali, jarang ada kendaraan yang melintas jika sudah larut malam. Aku pun sempat merasakannya ketika pulang dari tempat itu jam 24.15. Ya saat itu tengah malam lewat lima belas menit berkendara sendirian.

Sepi sekali ketika melalui jalanan beraspal yang mulai rusak. Melewati kebun-kebun kosong yang luas. Menyeberang jembatan yang jalannya menurun dan naik berkelok. Berteman dengan keheningan malam. Setelah agak lama berkendara baru menemui komplek perumahan atau perkampungan. Itulah suasana tempat itu.

Ada kejadian yang cukup menakutkan ketika anak-anak pramuka yang sedang mengelilingi api unggun di tengah lapangan. Satu persatu mereka digotong kembali ke komplek perkemahan. Total jumlahnya sekitar sepuluh anak atau bahkan lebih. Sulit untuk memastikannya saat itu. Mereka kesurupan. Cukup lama untuk bisa mengatasinya, Bahkan ada seorang gadis yang sedang mengunjungi temannya ikut kesurupan juga. Dia yang terlama, mungkin sekitar tiga jam.



Sangatlah tak elok jika aku menyebutkan nama sekolahnya maupun menampilkan foto-fotonya. Namun sebagai seorang narablog, aku pun tak ingin pengalaman menyaksikan kesurupan masal terlupakan begitu saja. Sehingga lahirlah artikel ini.


Jika seseorang berpikiran positif dan percaya dengan keyakinan agama yang dimilikinya. Tak akan bisa terganggu dengan energi negative apapun. Kenyataan pun menegaskan kebenaran pendapat ini. Mereka yang tak sadarkan diri, tak berdaya ketika tubuh mereka dikuasai oleh kuasa-kuasa yang tak kasatmata. Menurut penuturan beberapa orang, anak-anak itu kerap melontarkan kata-kata yang tak pantas. Bahkan sebagian terbukti membawa benda-benda yang mereka percayai mempunyai kekuatan supranatural.

Aku tak ingin panjang lebar membahas tentang mereka yang kesurupan sampai akhirnya bisa diatasi. Ada yang yang menarik ketika ku bercakap-cakap dengan dua orang. Seorang lelaki dan seorang perempuan. Guru dan satunya orangtua murid. Keduanya mengaku padaku bahwa mereka terlahir sebagai orang indigo.

Sebagai seorang yang memiliki kepercayaan, aku tentu saja tetap perpedoman pada iman yang aku percaya. Namun mendengarkan orang lain bisa memberiku tambahan pengetahuan. Sehingga aku cukup lama bertahan mendengarkan sebagian pengalaman mereka.



Sebagai orang indigo yang memiliki indra ke enam. Mereka dihadapkan pada dua alam secara bersamaan. Setiap saat mereka bisa melihat makhluk halus dalam wujud yang bermacam-macam. Ada yang bermuka rusak mengerikan, ada yang mirip sekali dengan manusia, sehingga terkadang sulit membedakannya.

Mereka tak bisa menolak karena terlahir dengan situasi seperti itu. Awalnya ketakutan, namun lama-lama bisa menerimanya. Namun ibu itu mengatakan tak mau mendalaminya dan lebih memilih mengabaikannya. Jika melihat makhluk halus, dia pura-pura tak melihat, jadi tak bakalan berteman atau bermusuhan. Kalau berbenturan pun tak terasa apa-apa. Mereka hanya lewat menembus badannya. 


Dia juga mengatakan sudah mengetahui ketika suatu saat akan tertabrak mobil. Namun ternyata dia tak punya kuasa untuk merubah takdirnya. Ngeri kan kalau tahu nasib buruk yang akan menimpa kita.

Setelah mendengar pengalaman mereka berdua yang terlalu panjang jika aku ceritakan semua. Aku merasa bersyukur memiliki keadaanku yang sekarang yang hanya melihat dan merasakan di satu alam. 

Tengah malam telah bergeser dan udara semakin dingin, sehingga aku perpamitan pada mereka berdua. Lalu segera meninggalkan bumi perkemahan itu. Memacu sepeda motor yang terasa agak berat tak seperti waktu ketika aku datang. 

Hanya berteman angin malam dan berbekal kejadian dan cerita-cerita horror yang kudapatkan disana. Aku menuju ke arah pulang. Namun aku tetap berani walaupun sendirian, karena aku percaya ada kuasa sejati yang senantiasa  melindungiku. Hanya kepadaNya aku percaya dan mendapatkan perlindungan. (helloiamaris.blogspot.com)