Oseng Walang Sangit: Kuliner Ekstrim Desa Karanganyar, Banyumas



Helloiamaris - Walang sangit dikenal sebagai hama tatanam padi yang bisa menggagalkan hasil panen sehingga menjadi momok pagi para petani, namun yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang bahwa ternyata serangga kecil ini bisa diolah menjadi masakan yang lezat.


Mengutip dari Wikipedia, walang sangit (Leptocorisa oratorius) merupakan anggota ordo Hemiptera, serangga kecil yang berukuran sekitar 2 cm, nimfanya berwarna hijau namun pada akhirnya akan berubah warna menjadi coklat. Dikenal sebagai hama karena dengan sungutnya yang panjang bisa menghisap bulir padi yang matang susu atau yang masih muda sehingga malai menjadi rusak dan bulir padi menjadi hampa. Selain itu serangga yang merupakan bangsa kepik sejati ini mempunyai cara pertahanan diri yang ampuh dengan mengeluarkan aroma yang menyengat hidung atau berbau sangit sehingga hewan pemangsa serangga pun enggan tuk memangsanya karena baunya yang tidak enak. Namun siapa yang menyangka walang sangit bisa menjadi makanan yang menggoda selera terutama bagi penikmat makanan ekstrim.

Walang Sangit: Sumber gambar -  8villages.com

Karanganyar adalah sebuah desa di Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas yang berjarak 23 km dari Purwokerto dan bisa ditempuh berkendara selama 51 menit. Bisa melalui dua alternatif, lewat desa Notog atau bisa lewat Kecamatan Kebasen yang sedikit lebih jauh. Kedua daerah ini terpisah oleh sungai Serayu. Namun dari arah Purwokerto, jika memilih melewati desa Notog dengan jalannya yang berkelak-kelok, sungai Serayu yang disebelah kiri akan terlihat lebih jelas, sedangkan disebelah kanan merupakan perbukitan dengan pohon pinus. Sampai akhirnya kedua jalur itu bertemu di desa Rawalo. Dari sini desa Karanganyar sudah dekat, tinggal ikuti jalan raya ke arah kecamatan Jatilawang. Melintasi jalan ini anda akan disuguhi hamparan sawah yang luas di kanan kiri jalan sebelum memasuki desa Margasana yang terbelah oleh jalan raya, sedangkan desa Karanganyar letaknya bersebelahan lewat jalan kecil di sebelah kiri.

Karanganyar merupakan desa tempat tinggal kerabat, sehingga sebagai orang yang paling sepuh (tua), Eyang Rob, kami biasa memanggil beliau begitu, adalah adik perempuan nenek (almarhum). Hari Raya Idul Fitri merupakan momen terbaik untuk bisa berkumpul dengan saudara sehingga tali persaudaraan tetap terjalin dengan baik.

Sudah suatu hal yang biasa jika berkumpul selalu ada aneka makanan. Namun di sore harinya ketika sebagian besar sudah pulang ada kejutan makanan ekstrim, dan beruntung saya bisa mencicipinya walaupun sedikit.

Oseng Walang Sangit


Bau sengir menyengat dari walang sangit ternyata tak menghalangi selera makan warga desa Karanganyar yang sudah sejak dari leluhurnya sebagai predator atau pemangsa walang sangit. Kebiasaan ini bagus juga untuk mengurangi hama tanaman padi ini.



Waktu terbaik menangkap walang sangit yaitu pada malam hari ketika mereka sedang bergerombol di dedaunan. Dengan berbekal tampah yang terbuat dari anyaman bambu dan daun-daun pisang kering yang dibakar. Kemudian asap itu akan membikin hama kecil ini mabok dan berjatuhan yang akan ditampung diatas tampah tersebut.

Baca juga: Warga Desa Karanganyar, Banyumas Tangkap Ikan di Sawah

Walang sangit di oseng (ditumis) dengan tempe yang sudah dipotong-potong kecil, kecambah, dengan bumbu garam, bawang merah, bawang putih, jahe, cabe merah dan cabe hijau. Rasanya pedas, segar dan sengir. Kombinasi rasa yang unik dan cukup nikmat. Semoga lain waktu bisa mencicipinya lagi.