Ada Apa Dibelakang Panggung Pertunjukan Reog Ala Salatiga?




Setiap kali ada pertunjukan Reog di Salatiga, warga berbondong-bondong datang dengan penuh antusias untuk menontonnya, baik yang datang sendiri seperti saya hehehe, maupun dengan teman, keluarga atau yang sekedar momong anak sambil memperkenalkan budaya daerah. 

Hinggar binggar bunyi perangkat gamelan yang dikombinasikan dengan drum, bas gitar dan keyboard yang mengiringi tarian tradisional tersebut sungguh menghibur penonton. Namun adakah yang tahu keadaan dibelakang panggung dimana para pemain Reog mempersiapkan diri maupun kembali setelah unjuk kebolehan. Dan nampaknya para penonton hanya terfokus dan berdiri berdesak-desakan mengeliling pagar pembatas dari bambu sambil menikmati pagelaran kesenian tersebut sambil menunggu momen yang mendebarkan saat penari mengalami trance atau kesurupan
Tentang Reog ala Salatiga sudah saya tulis DISINI
Dalam artikel kali ini saya berusaha memaparkan sebatas yang saya ketahui tentang keadaan dibelakang panggung.


Suasana mistis bercampur dengan bau khas hio benar-benar kurasakan ketika saya mencoba memotret dan mengintip dari celah-celah pembatas yang berupa kain warna hijau tua. Reog ala Salatiga merupakan kesenian warisan leluhur yang sangat kental dengan nilai-nilai budaya tradisional Jawa yang mensyaratkan beragam sesajen yang tertata diatas sebuah meja yang mungkin bisa diartikan sebagai sikap tata krama  (sopan santun) atau permohonan izin kepada alam tak kasat mata yang dipercaya mempunyai suatu energi yang kuat agar tidak mengganggu jalannya acara perhelatan budaya ini. 

Sesajen itu berupa:

- Bunga mawar merah, mawar putih, kantil dan kenanga.
- Beras di sebuah piring dan diatasnya ada lima telur ayam kampung dan rokok kemenyan.
- Dua buah lilin yang menyala berwarna merah dan putih.
- Buah dan Sayur, seperti pisang, bengkoang dan timun.
- Jajanan anak.
- Dua gelas kopi dan dua gelas teh.
- Satu buah kelapa.
- Janur kuning.
- Beberapa hio (dupa) yang menyala.
- Satu buah keris yang diberdirikan ditengah-tengahnya yang diikat kain warna kuning.




Belakang panggung juga sebagai tempat untuk mempersiapkan diri, termasuk merias wajah dan disediakan juga jajanan berupa tahu bakso, risoles dan kacang rebus serta teh manis dan air mineral, karena para penari yang terlibat dalam pentas seni tradisional ini membutuhkan tenaga yang tidak ringan sehingga jajanan yang disajikan harus bisa mengenyangkan dan menambah energi.


Saya juga melihat seorang pemain Reog minum air bunga mawar sebelum unjuk kebolehan di gelanggang. Ada beberapa diantaranya yang masih dalam keadaan trance  kembali ke belakang panggung setelah menghibur penonton dengan atraksinya yang memikat dan ada yang masih menggigiti kelapa, seperti gambar dibawah ini.


Ada juga yang langsung berbaring kecapaian setelah beberapa saat mengalami trance yang setelah sadar benar-benar terkuras tenaganya.
Hanya inilah informasi yang bisa saya dapatkan karena saat itu sudah hampir jam 17.30 dan acara akan dihentikan untuk istirahat dan akan dilanjutkan di malam harinya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Salam. (helloiamaris.blogspot.com)