Permainan Kartu, Hiburan Murah dan Mengasyikkan yang Sekarang Kurang Diminati


 Image source: Pixabay.com

Seperti yang telah aku perkirakan sebelumnya, cuaca masih belum menentu, namun hujan yang turun sebentar cukup untuk membasahi bumi dan menyapu debu dijalanan dan tumbuh-tumbuhan dibuat segar olehnya, juga memoriku kemasa lalu tersembul lagi diingatan. Tentu saja ini memberikan inspirasi yang bagus buatku untuk menuangkannya lewat coretan di artikel kali ini.

Ternyata tidak mudah untuk konsisten menulis, terlebih lagi ketika kuberusaha untuk update  artikel setiap hari di blog ini. Dari bermacam kendala karena kehidupan pun harus berjalan seimbang, antara keluarga, pekerjaan, hubungan dengan Sang Khalik maupun kehidupan sosial, belum lagi kondisi tubuh dan pikiran yang tak selalu stabil. Wajar kan kalau kita pernah merasa jenuh, capai dan kehilangan ide untuk menulis. Sungguh kusadari bahwa ide itu mahal harganya, sehingga jika tiba-tiba ide itu timbul segeralah kusambar dan tak kubiarkan berlalu begitu saja. 

Aku sudah mengenal permainan kartu sejak kecil. Sebagai anak paling kecil di rumah, aku sering melihat kakak laki-laki, kakak perempuanku dan saudara bermain kartu di rumah sebagai pengisi waktu senggang, walaupun mereka lebih sering bermain halma. Kartu remi bergambar hati, waru, keriting dan wajik, yang terdiri dari 1 (As),2,3,4,5,6,7,8,9,10 J (Jack), Q (Queen), K (King) dan Joker.

Permainan kartu yang dulu sering aku mainkan adalah minuman, remi, seven spade  atau dulu kami menamainya tujuh sekop dan empat satu. Dan ketika aku beranjak remaja ada permainan kartu baru yaang aku kenal yaitu samsut. Itu kata yang masih kuingat sampai sekarang namun aku tak tahu penulisannya yang benar seperti apa. Permainan ini kata tetangga adalah remi ala Medan. Aku sampai sekarang pun masih sangsi apakah orang Medan di Sumatra Utara memang main kartu jenis ini yang dua kartu remi  dijadikan satu sehingga tebal dan setiap pemain mendapatkan kartu yang lebih banyak.

Remi ala Medan bisa dimainkan empat orang. Waktu itu yang kalah dikasih hukuman yaitu menjepit korek api dengan leher dan janggut. Sehingga bisa kebayang kan pegelnya leher kalau kalah melulu hahaha.

Namun tak sedikit orang yang beranggapan permainan kartu itu identik dengan judi. Saya sih tidak setuju. Itu tergantung niatnya orang saja karena kalau orang sudah niatnya mau judi apapun bisa jadi taruhan. Misalnya judi bola, balap kuda dan lainnya.

Kusadari zaman ternyata sudah berubah. Di era digital sekarang ini banyak sekali hiburan maupun permainan yang menarik. Dengan bermodal gadget di tangan sudah bisa memberikan bermacam hiburan dan games tanpa perlu teman bermain. Kesimpulannya, permainan kartu secara manual sebagai ajang bersosialisasi ternyata sekarang tinggal kenangan yang telah kehilangan daya tariknya.
(helloiamaris.blogspot.com)