Pertunjukan Rakyat, Sarana Efektif Penangkal Hoax



Seleksi Pertunjukan Rakyat tidak hanya sebagai ajang melestarikan budaya daerah namun juga merupakan sarana yang efektif untuk menjaga persatuan bangsa pasca pemilu.


Pada hari jumat, salah satu group WhatsApp memberikan informasi bahwa besok pada hari sabtu tanggal 27 April 2019 akan ada pertunjukan seni tradisional berupa drama Jawa, reog dan lainnya. Reog di Salatiga beda loh dengan yang di Ponorogo. Waktu awal menetap di kota kecil ini saya juga heran ketika orang Salatiga menyebut kuda lumping dengan sebutan reog. Di kota kelahiran saya Purwokerto, kami menyebutnya ebeg, di daerah lain mungkin juga punya nama yang berbeda.

Acara gebyar budaya ini bertajuk Seleksi Pertunjukan Rakyat Forum Komunikasi Media Tradisional Tingkat Jawa Tengah tahun 2019. Saya juga heran kenapa baru mengetahuinya sehari sebelumnya, itupun lewat group WhatsApp. Apa saya kurang perhatian sehingga tak melihat banner  atau spanduk yang terpasang di tempat strategis jika ada sebuah event.

Menurut jadwal, acara akan dimulai pukul 09.00 sampai dengan 16.00 WIB  yang bertempat di pendopo Pakuwon  di dalam kompleks kantor Walikota Salatiga yang berlokasi di jalan Sukowati. Juga ada bazar UKM (Usaha Kecil dan Menengah) berupa makanan khas Salatiga, makanan khas luar Jawa dan kerajinan tangan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya sedikit ada rasa skeptis jika akan ada beragam makanan daerah. Tapi lihat saja nanti gimana kenyataannya, pikirku.

Saya tiba dilokasi sekitar pukul 09.10. Di halaman depan Kantor Walikota sedang dilangsungkan pertunjukan Tari Prajuritan yang diiringi beberapa instrumen gamelan, seperti jemung, saron, kenong, bende dan kendang. Tarian ini merupakan bagian dari seni tari reog (ala Salatiga).

Tari Prajuritan

Setelah melihat dua kelompok menampilkan tariannya yang cukup apik, saya lalu melangkahkan kaki menuju area bazar. Seperti perkiraan saya sebelumnya, bazarnya kurang begitu meriah, ada beberapa stand  yang kosong. Saya cukup maklum, namanya orang usaha tentunya memikirkan segi untung dan ruginya, jika antusias warga yang akan datang sedikit tentunya malah bisa rugi walaupun pemerintah kota Salatiga sudah berusaha menggerakan UKM lewat Dinkop UKM.

Ada satu stand  yang menarik perhatian saya yang ditunggui oleh beberapa orang mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, mereka memamerkan (menjual) tenun ikat  dari Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jauh sekali mereka menimba ilmu di Jawa namun tetap cinta budaya daerah mereka dengan memperkenalkannya di daerah lain. Saya hanya bisa menghayal, kapan sih bisa mengekploitasi kecantikan Alor yang sering dikupas oleh narablog mancanegara sebagai salah satu tempat wisata terindah di dunia.

Para mahasiswi UKSW asal Alor (NTT) dan Tenun Ikat yang cantik

Akhirnya saya menuju ke pendopo Pakuwon, tempat berlangsungnya Seleksi Pertunjukan Rakyat tahap awal tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan yang berjenjang hingga tingkat nasional diikuti oleh Forum Komunikasi Media Tradisi (FK Metra) dari lima kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Pati, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga yang tahun ini ditunjuk sebagai tuan rumah.
Acara ini dibuka oleh Wakil Walikota Salatiga, bapak Muhamnad Haris dengan menabuh gong. 


Pasukan Bhineka Tunggal Ika


Publikasi informasi lewat kesenian daerah merupakan sarana yang ampuh pemerintah lewat Diskominfo dalam berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga pesan bisa diterima dengan mudah. Seleksi yang diikuti oleh FK Metra kali ini mengambil tema Memerangi Hoax (berita bohong) Setelah Pemilu. Sekarang tidak ada istilah pendukung 01 maupun 02. Kami semua pendukung Indonesia. Persatuan adalah yang paling utama. Kami cinta budaya Indonesia untuk Indonesia jaya.
(helloiamaris.blogspot.com)