Secangkir Cappuccino Hangatkan Malamku di Gili Trawangan




Arisarmu's Stories - Temaran lampu di Blue Beach Bar menyambut malam yang mulai menggeliat di Vila Ombak Hotel. Masih sepi! Betul. Toh jarum jam belum menunjukkan pukul tujuh malam. Masih kurang sepuluh menit.

Geliat pulau kecil yang tak pernah terlelap semakin terlihat ketika malam semakin larut. Jadi mana ada tourist asing yang rela membuang malam indah dengan percuma di kamar hotel mereka ketika kaki sudah menapak di pulau impian.

Setelah membasuh tubuh berpeluh dan menyegarkannya dengan siraman air shower hangat, lepas sudah kepenatan bersepeda mengelilingi Gili Trawangan. Kuturuni tangga kayu keluar kamar hotel yang bertipe Traditional Lumbung Hut menuju ke bagian depan hotel menemui Wulan, adik iparku yang manis. Ia yang telah kenyang bahkan bosan dengan rutinitas harian pulang pergi naik boat. Itulah kesehariannya takkala masih bekerja di Hotel Vila Ombak, sehingga ku bisa merasakan empuknya kasur hotel tanpa sedikitpun menarik lembaran di dompet. Itu terjadi hanya sekitar dua minggu sebelum gempa mengguncang Lombok tahun kemarin. Malam itu dia bermalam di mess karyawan setelah temaniku mengobrol.

Wulan - Blue Beach Bar Hotel Vila Ombak 

Suasana bar dengan alunan musik lembut tak henti dan duduk di bar stool dengan alas busa tipis empuk namun tak ada sandarannya dan tertepa tiupan angin laut terasa sejuk membelai wajah. Konter pemisah berwarna coklat memisahkan petugas bar dan tamu, diatasnya tersedia tissue, brown sugar juga white sugar. Botol-botol minuman beralkohol tertata rapi pada setiap golongannya, seperti beer, wine, liqeur  dan liquor. Serta gelas beragam jenis dan ukuran termasuk cocktail glass berada di sebelah lainnya. Sedangkan mesin pembuat kopi espresso dan pop corn merapat ke dinding yang memisahkannya dengan Steakhouse. Ada kaca tembus pandang terlihat seorang chef sedang memasak pesanan tamu. Juga terpasang TV LED besar, namun ku tak tertarik dengan tayangannya. Sedangkan tiga orang karyawan termasuk seorang kasir memakai kaos biru seragan dengan nama hotel tertempel di bagian dada sedang mengecek keperluan bar. Mereka masih muda. Banyak putra daerah lulusan SMK Perhotelan bekerja disini.

Duduk di Blue Beach Bar terbesit profesiku dimasa lalu, sebagai seorang bartender di sebuah Bar and Restaurant di Nusa Dua, Bali, juga seorang waiter dan barista di Warung Kopi Espresso di Ubud. Beragam profesi pernah kujalani, perjalanan hidup bagaikan pelangi.

Nongkrong di bar tak harus pesan minuman beralkohol. Ada pilihan lain berupa aneka kopi. Salah satunya cappuccino. Menyesap cappuccino dengan level manisnya menyesuaikan selera sendiri terasa lebih spesial takkala ditemani camilan pop corn yang gurih renyah. Di tiap sesapan kopi dari biji arabica yang disajikan dengan steamed milk terasa nikmat dengan sensasi rasa foam tebal bertabur bubuk coklat diawal tegukan diikuti dengan rasa milky espresso ketika sudah mencapai 3/4 gelas menghangatkan suasana malamku di Gili Trawangan. Trimakasih Wulan, kau telah menghadirkan momen indah lewat secangkir cappuccino, walaupun kau sendiri tak tertarik untuk minum.