Wedang Kunyit Asem Jahe, Penghangat di Musim Hujan. Apakah Kalian Suka?



Arisarmu's Stories - Hari-hari di bulan Februari, langit masih senang merias dirinya dengan warna abu-abu, sedangkan sang surya sebagai penanda siang enggan berlama-lama mencerahkan langit, namun kehangatan sinarnya masih sanggup memikat air tuk merubah wujudnya menjadi uap air yang segera melayang tinggi lalu menjadi padat membentuk awan-awan kecil. Sedangkan angin terlihat senang mempermainkan mereka. Hembusannya menyatukan awan-awan kecil menjadi awan besar.

Setelah lelah berganti-ganti wujud, titik-titik air yang bersembunyi di dalam awan yang semakin lama semakin bertambah gelap tak kuasa membendung hasratnya untuk meloncat turun kebumi ke tempat asal mereka, sehingga para pengendara kendaraan roda dua bergegas menepi, berteduh diemperan toko, sebagian berhenti di bawah naungan pohon sekedar untuk memakai jas hujan, namun tidak sedikit yang terpaksa rela berbasah-basah menerjang derasnya air hujan sambil berharap cemas semoga tak sampai jatuh sakit keesokan harinya. Itulah suasana keseharian yang terus terulang.

Ketika kumenengadah kulihat langit nampaknya sudah lelah menjatuhkan air hujan dari ketinggian tinggal menyisakan jejaknya di bumi yang masih basah dan udara malam yang lebih dingin. Seperti tubuhku yang terasa dingin ketika hembusan angin menerpa sebagian kulitku yang luput dari lindungan jaket biru yang kukenakan ketika kumemasuki sebuah halaman luas dipelataran Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga di jalan Dr Sumardi dimana kuparkirkan sepeda motorku didepan sebuah angkringan yang terletak disebelah kirinya. Tapi bagiku tempat itu menyerupai sebuah cafe yang menjual menu makanan dan minuman ala angkringan, dengan tempatnya yang cukup nyaman, harga murah namun bersih.


Angkringan ing Sinode

Disela-sela jeda pekerjaanku yang singkat, kuluangkan waktu yang tak lebih dari satu jam untuk mengikuti acara pembubaran panitia natal yang sedianya akan dilangsungkan pada bulan pertama namun karena sesuatu hal, maka baru bisa terlaksana pada minggu pertama di bulan Februari. Sayangnya aku tak bisa mengikutinya sampai acara itu selesai, namun kehangatan minuman rempah hangat yang  kuteguk mengusir hawa dingin yang memelukku dan diganti dengan rasa hangat ketika tiap tegukannya mengalir dikerongkongan dan masuk di lambungku, lalu menyebarkan hawa hangat keseluruh tubuhku dan menyegarkan badanku yang terpapar oleh angin dingin musim hujan.

Wedang Kunyit Asem Jahe, seharga Rp. 5.000, disajikan dalam gelas besar dengan bahan-bahannya yang terbiarkan mengapung mendekati bibir gelas kecuali asem nya yang tenggelam di dasar gelas, tercium aroma rempah-rempah yang harum ketika menyesapnya, dengan tambahan sedikit gula merah agar tak terlalu manis sehingga terasa hangatnya jahe yang berpadu pas dengan kunyit dan asem menjadikan minuman ini terasa nikmatnya.