Sekilas Tentang Hobart, Kota Kenanganku





Arisarmu's Stories - Sebagai ibukota negara bagian Tasmania, Hobart merupakan salah satu kota tertua di Australia yang terletak di ujung paling selatan negara dan juga benua ini. Walaupun hanya sebuah kota kecil, namun Hobart memiliki keunikan tersendiri yang tak dimiliki oleh kota-kota lainnya sehingga tetap jadi magnet bagi wisatawan maupun pelajar dan mahasiswa asing yang menghendaki ketenangan dalan menempuh pendidikan di lingkungan alam yang indah.

Living Cost atau biaya hidup  yang terbilang lebih kecil di Tasmania jika dibandingkan dengan di mainland. Ini istilah untuk menyebutkan daratan utama Australia yang dipisahkan oleh Bass Strait (selat Bass). Sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri. Jika anda tertarik berkunjung ke Hobart, inilah yang bisa anda lihat dan lakukan di kota kecil ini.

Franklin Square

Franklin Square merupakan taman di pusat kota yang difungsikan warga Hobart sebagai tempat untuk menunggu bus ke berbagai tujuan dan juga perhentian dari tempat saya tinggal jika menuju ke pusat kota maupun ketika saya mau berangkat ke kampus. Serta pulang ke rumah lagi. Ada dua hal yang menurut saya taman ini menarik yaitu dengan adanya catur raksasa di dalamnya yang biasa dimainkan orang dan juga banyak burung merpati liar yang berkeliaran dan mereka akan berdatangan jika kita memberi makan.



Salamanca Place

Hari sabtu merupakan hari yang paling dinantikan bagi sebagian warga Hobart. Alasannya yaitu, pertama karena hari libur dan kedua adalah saatnya berekreasi jika tidak ada acara bersih-bersih halaman atau berkebun, mengunjungi Salamanca Place merupakan salah satu alternatif yang menyenangkan. Ini adalah komplek bangunan tua yang dibangun di tahun 1830an.
Sekarang sebagian gedungnya difungsikan sebagai galeri, restoran, kafe, mini market dan lainnya.

Namun yang paling menarik perhatian saya adalah pasar tradisionalnya yang buka hanya di hari sabtu dari pagi sampai sore hari. Sehingga di hari itu sepanjang jalan di Salamanca Place dipenuhi para pedagang yang menjajakan pernak-pernik khas Tasmania, pakaian, jajanan, buah-buahan dan bahkan beberapa musisi turut menghibur dengan menempati beberapa sudut dengan memainkan beragam jenis musik baik solo maupun group.

Di depan mereka ada sebuah kotak untuk donasi. Mereka sedang mengamen tapi tak memaksa penonton untuk memberi uang. Ada juga sekelompok pengungsi Vietnam yang berjualan sayuran dan mereka telah menetap secara permanen sebagai warga negara Australia.


Mount Wellington

Satu hal yang paling menarik bagi orang Indonesia seperti saya adalah melihat dan bermain salju, sehingga ketika musim dingin tiba dan jika dari kota Hobart sudah terlihat salju di puncak Mount Wellington, saya langsung mendesak kakak laki-laki saya, Adi, seorang dosen yang saat itu sedang melanjutkan pendidikannya di University of Tasmania untuk mengantarkan saya ke sana.

Dia mengajak istri dan anak tunggalnya yang waktu itu masih bayi. Dengan menaiki mobil, gunung setinggi 1270 m bisa ditempuh hanya sekitar 30 menit. Karena bisa diakses dengan mobil sampai kepuncaknya sehingga tak perlu berlelah-lelah berjalan kaki. Kalau cuaca cerah, kota Hobart, Derwent River dan Tasman Bridge bisa terlihat jelas dari puncak Mount Wellington.




Sandy Bay Beach

Untuk mengatasi kebosanan, nongkrong di Sandy Bay beach merupakan rekreasi yang murah atau lebih tepatnya gratis. Tinggal bawa makanan dan minuman secukupnya lalu memarkir mobil. Duduk-duduk di bangku yang tersedia di sana sambil memandang air laut atau Derwent River yang bermuara di sana. Roti tawar yang anda bawa tinggal di sobek kecil-kecil dan dilempar tinggi ke udara dan kawanan burung seagull yang banyak di situ akan segera berdatangan. Sungguh menyenangkan bisa memberi makan burung-burung tersebut.


Derwent River dan Tasman Bridge

Bisa di bilang landmark kota Hobart adalah Tasman Bridge yang menghubungkan wilayah Hobart yang terpisah oleh Derwent River. Sungai itu sangat besarsehingga dulu pernah disinggahi oleh USS Carl Vinson yaitu Aircraft Carrier milik Amerika Serikat yang merupakan sebuah kapal induk dengan 3000an awak kapal yang juga mengangkut 90 jet tempur dan helikopter di atasnya dan berhenti ditengah-tengah sungai itu. Momen tersebut saya manfaatkan untuk melihatnya dari jarak dekat dengan menaiki perahu wisata dengan biaya AUS $ 10.00 (Rp 105 ribu).




Bonorong Wildlife Sanctuary

Dulu saya menyebutnya dengan nama Bonorong Park sesuai nama yang tercantum di gerbang masuknya. Namun ketika saya buka di internet namanya jadi Bonorong Wildlife Sanctuary. Cagar Alam ini juga hanya berjarak sekitar 30 menit berkendara dari pusat kota Hobart. Bisa juga kesana naik Metro Bus  dari Franklin Square yang juga melayani rute kesana.

Disini bisa dijumpai hewan asli Tasmania seperti Tasmanian Devil, Wombat,  dan ada juga Koala, Kangaroo, Wallaby yang mirip sekali dengan Kangaroo tapi lebih kecil. Bayi Kangaroo dan Wallaby sama-sama dinamakan Joey, mereka tinggal di kantong induknya sampai usia menjelang satu tahun sebelum mereka bisa benar-benar sepenuhnya hidup diluar kantong induknya. Sebagai hewan marsupial (berkantong) mereka terlihat menggemaskan.

Namun jangan coba-coba menepuk kepala Kangaroo loh nanti bisa ketendang dan bisa berakibat fatal, tapi kalau mau membelai kepala Wallaby sambil ngasih makan nggak papa. Mereka lebih jinak dan tubuhnya kan juga nggak sebesar Kangaroo.


Foto saya jaman old - memberi makan kangaroo di Bonorong Wildlife Sanctuary


Royal Tasmanian Botanical Garden

Bagi anda yang menyukai keindahan kebun raya, Royal Hobart Botanical Garden merupakan pilihan yang tepat. Berkendara dari Franklin Square hanya butuh waktu sekitar 5 menit. Tidak dikenakan biaya masuk bagi pengunjung, alias gratis, walaupun di depan setelah gerbang masuk ada kotak untuk donasi bagi yang ingin membantu kebun raya ini. Namun beberapa kali kesini saya tak pernah mengisinya karena saya anggap Australia adalah negara kaya yang tak perlu bantuan dari saya. Cukuplah saya promosikan lewat artikel ini hehehe...

Royal Tasmanian Botanical Garden mencakup area seluas 14 hektar, dan yang paling menarik dari tempat ini ketika tiap tiga bulan bunga-bunga yang ditanam diganti menyesuaikan dengan musimnya. Menurut saya yang paling bagus ketika Autumn (musim gugur) ketika pepohonan daun-daunnya berubah beraneka warna dan dedaunan yang berguguranpun dengan beragam warna menambah suasana menjadi sangat menyenangkan untuk dilihat, apalagi suhu udara yang sejuk menjadikan saat terindah untuk berjalan-jalan mengekplorasi keindahan kebun ini.
Kemudian saat Spring (musim semi) walaupun udara masih dingin, akan tetapi mata pengunjung akan dimanjakan dengan indahnya bunga-bunga tulip beraneka warna.

Foto saya jaman old - berpose dengan bunga-bunga Tulip di Royal Tasmanian Botanical Garden

Inilah sebagian tempat-tempat yang menarik dan aktifitas yang bisa kita lakukan selama di Hobart menurut versi saya. Lain orang tentunya beda pula pendapatnya. Semoga artikel yang berlabel Tasmania yaitu kisah masa laluku selama dua tahun tinggal di Hobart semoga bisa memberikan jawaban dari request mbak Fidy Sandri dan mbak Dewi Elsawati seputar Hobart. Dan tentunya bagi semua pembaca setia blog ini maupun anda yang saat ini tersesat di blog ini, semoga artikel inipun bisa bermanfaat bagi kalian semua.