Sekarang kita tidak perlu repot-repot atau bersusah-susah pergi jauh jika ingin mencicipi makanan khas suatu daerah tertentu karena makanan yang kita cari sekarang sudah banyak dijual didaerah lain atau bahkan dekat dengan tempat tinggal kita.
Pada hari sabtu siang ketika saya menjemput adik istri saya dari bandara. Bisa dibilang dia sedang "mengungsi" karena hotel tempatnya bekerja di Gili Trawangan, Lombok masih dalam proses perbaikan akibat gempa hebat yang mengguncang pulau itu, walaupun sampai sekarang masih ada gempa susulan, namun intensitasnya sudah mulai menurun, akan tetapi harus tetap waspada juga. Setelah menyelesaikan tugas pembukuan di hotel, ia libur selama dua minggu. Tingkat hunian kamar hotel yang masih minim berimbas dengan dipotongnya uang service, tetapi masih harus bersyukur karena tidak sedikit dari rekan kerjanya yang dirumahkan untuk waktu yang tidak ditentukan.
Dari arah Semarang kami akhirnya melewati terminal bus Bawen.
Bagi para pembaca yang sering melintasi jalur Semarang-Surakarta pastinya akan familiar dengan warung-warung sederhana yang berderet di pinggir jalan, baik yang menjajakan kelapa muda maupun makanan lokal yang sebenarnya bukan berasal dari daerah itu, seperti Ubi Bakar Cilembu.
Kami akhirnya menepi di salah satu penjual Ubi Bakar Cilembu yang beralamat di Jl Raya Tuntang, Kabupaten Semarang. Disini akan dijumpai penjual yang sejenis disebelah kiri kanan jalan. Walaupun banyak penjual yang sama, tapi nampaknya bukan suatu persaingan, bahkan menguntungkan satu sama lainnya. Dengan banyaknya penjual, pengendara yang lewat jadi tahu bahwa ini pusatnya Ubi Cilembu atau Ubi Madu dan akan memudahkan untuk mengingatnya jika suatu saat berminat membelinya.
Ubi jalar yang jika dipanggang ataupun dibakar akan mengeluarkan cairan kental semacam madu yang legit sangat nikmat sebagai kudapan untuk menemani secangkir kopi maupun teh dan cocok juga untuk buah tangan tanpa perlu repot-repot membeli di tempat asalnya di Sumedang, Jawa Barat.
Seorang lelaki muda dengan dialek Sunda mengaku berjualan selama 24 jam/hari karena dia bilang tidurnya juga di warung mungilnya. Dan ternyata dia juga menjual Peuyeum. Oleh-oleh khas Bandung yang pernah jadi judul sebuah lagu daerah yang kerap saya dengar waktu di Bandung. Harganyapun masih tergolong wajar dengan harga jual matangnya:
Ubi Bakar Cilembu 20.000/kg.
Peuyeum Rp 15.000/kg.
Apakah anda sahabat pembaca menyukai makanan-makanan ini?
Apakah anda sahabat pembaca menyukai makanan-makanan ini?
Ubi Bakar Cilembu |
Peuyeum |